LONDON
Pipa ini juga mengirim gas dari lepas pantai Arakan ke barat daya Cina. Tahun 2012 lalu ada dua tragedi kekerasan terhadap etnis Rohingya di Arakan, termasuk pelabuhan strategis Sittwe, yang merupakan awal dari jaringan pipa di pantai Myanmar.
Ada laporan militer Myanmar terlibat dalam pembersihan etnis. Banktrack berulang kali meminta bank internasional seperti Barclays dan Royal Bank of Scotland untuk menghentikan pembiayaan pipa atau perusahaan yang terlibat di dalamnya, sampai perlindungan hak masyarakat di sepanjang rute dapat dijamin, namun hal ini tidak terjadi.
Seperti dilansir Oil Change International, beberapa tahun lalu aktivis HAM berbasis di Inggris Jamila Hanan sekaligus pendiri Save The Rohingya memperingatkan ada kaitan antara pengembangan minyak dan pemusnahan etnis Rohingya.
Rohingya dibersihkan dari Sittwe yang dikembangkan sebagai pelabuhan laut dalam untuk menyambut kapal tanker minyak dari Timur Tengah. Ada sejumlah besar perkembangan ekonomi di sekitar pelabuhan Sittwe dari hasil pembangunan pipa baru.
Pelabuhan strategis Sittwe, di mana banyak etnis Rohingya tinggal dan di mana jaringan pipa dimulai, hanyalah salah satu faktor. Faktor lainnya blok minyak yang menguntungkan.
"Politisi harus menyingkirkan kepentingan ekonomi mereka sendiri dan bertindak segera untuk mencegah bencana alam," kata Hanan.
Sejak 2013 hingga saat ini sudah berulang kali dilakukan pemusnahan etnis Rohingya. Penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan, Myanmar sesungguhnya takut terhadap ARSA.
"Mereka tak akan menyerang desa yang dijaga oleh ARSA. Tentara Myanmar hanya akan menyerang desa yang berisi penduduk sipil saja sebab mereka memang targetnya penduduk sipil," katanya seperti dilansir Guardian, Sabtu, (2/9).
(gu/rol)