Kiriman Yusuf, Warga Batubesar Nongsa
[caption id="attachment_6489" align="alignleft" width="290"] Pantai Bemban penuh lumpur kuning sisa pertambangan pasir darat ilegal dari belakang Polda Kepri. foto: yusuf[/caption]
BATAM - Sungguh miris jadi warga Batam dan sekitarnya. Wilayah yang dikelilingi lautan potensial tetapi hanya jadi penonton.
Kini nyaris laut di perairan Batam dikuasai bangsa asing. Lihat saja saban detik kapal-kapal berbendera asing melintasi perairannya.
Singapura dan Malaysia, kedua negeri ini benar-benar memanfaatkan lautannya untuk dijadikan ladang pengeruk duit. Setiap kapal asing yang melintas atau sandar mereka pungut pajak.
Sementara Indonesia khususnya Batam, lautnya malah dijadikan tempat pembuangan limbah sisa pertambangan pasir darat di wilayah Nongsa seperti Tanjung Bemban, Batu Mergong.
Mirisinya kondisi ini telah terjadi bertahun-tahun dibiarkan, mengakibatkan Pantai Bemban dan Pantai Teluk Mata Ikan jadi kotor penuh lumpur kuning sisa pertambangan pasir.
Ironisnya pertambangan pasir darat ilegal tersebut lokasinya hanya berjarak seratus meteran di belakang Mapolda Kepri. Diduga kuat para oknum polisi membekingi pertambangan yang ada, bahkan menjadi pemain sebagai pemodal.
Kalau pemerintah jeli tentunya laut potensial di Nongsa bisa dijadikan tempat labuh jangkar kapal asing, baik untuk docking maupun arena labuh jangkar kapal judi.
Akan tetapi justru pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam terkesan cuma main darat. Hutan Barelang digunduli, bukit dipotong dijadikan rumah. Efek terburuknya air minum di Batam semakin berkurang karena penyerapan DAM penampungan menjadi terganggu. Cepat atau lambat Batam akan krisis air minum akibat dampak pembotakan hutan di daerah sekitar DAM.***