EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Astaga, Papan Plang Museum Linggam Cahaya Telan Rp59 Juta

[caption id="attachment_5484" align="alignleft" width="290"]Museum Linggam Cahaya Museum Linggam Cahaya[/caption]

LINGGA - Papan plang nama Gedung Museum Linggam Cahaya menelan anggaran sebesar Rp59 juta. Banyak kalangan menduga proyek penunjukan langsung itu diduga ada mark-up.

Pantauan di lapangan papan nama setinggi 5 meter dengan lebar 4 meter sudah selesai dibangun. Namun dari material yang dibangun tidak sebanding dengan pagu anggaran yang menelan anggaran hingga Rp59.900.000.

Papan plang nama yang terbuat dari beton dan beratap serta tulisan Museum Linggam Cahaya serta bertuliskan Arab Melayu dan alamat yang bahannya terbuat dari plastik keras yang berwarna biru. Ironisnya, pembuatan ini berbeda dengan sejumlah papan plang dinas-dinas di Daik Lingga hanya menelan anggaran sekitar 20 juta.

Proyek pekerjaan yang dilaksanakan oleh CV Pancur Lestari dengan konsultan perencana CV Prima Perdana Konsultan dan konsultan Pengawas CV Cahaya Mandiri Konsultan dengan lama pekerjaan 30 hari dan sumber dana dari APBD Lingga tahun 2014.

Ketika hal ini dikonfirmasi ke kepala Dinas Budaya dan Pariwisata, M Asward mengatakan untuk konstruksi papan plang tersebut langsung tanya ke Pejabat Pelaksana Teknis Kerja. Bahkan proyek papan plang nama tersebut sudah di bayarkan setelah VHO.

"Yang jelas dalam perencanaan itu sudah diverifikasi. Yang menentukan itu konsultan perencana dan pelaksana,"ujarnya, baru-baru ini.

Terkait pagu anggaran yang menelan dana Rp59 juta, Asward menjelaskan bahwa mungkin nilai bahan yang mahal sesuai dengan perencanaan awal. Karena sesuai Rancana Anggaran Bangunan memang bahannya memakai akrilik.

Dikatakan, tidak ada item lain selain akrilik sejenis plastik yang kuat dengan pagu anggaran Rp 26 juta.

Ketika ditanya kenapa anggaran telan Rp 59 juta sementara bangunan papan plang nama dari beton biasa seukuran kira-kira tinggi 5 meter dan panjang 4 meter, Asward tidak berkomentar banyak.

"Mengenai detilnya tanya ke PPTK. Aku ini lanjutan. Perencanaan awal bukan saya. Itu verifikasi dari Bappeda. Layak atau tidak layak di Bappeda. Kalau itu terjadi mark-up dan sebagainya silahkan tanya ke konsultan,"ujarnya. (misranto)