EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

Astaga, Batam Tujuan Wisata Seks Anak

 

TANJUNGUBAN - Wisata seks di Kota Batam semakin lengkap, selain tumbuh suburnya tempat prostitusi terselubung seperti panti pijat dan salon. Kini Batam juga menjadi tujuan para pria hidung belang dari belahan daerah lain untuk mendapatkan kepuasan syahwatnya dengan menikmati ranumnya gadis-gadis belia alias anak.

 

Hal tersebut diungkapkan Kepala Divisi Keimigrasian Kanwil Kepri, Ohan Suryana kepada wartawan usai rapat Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) di Kantor Imigrasi kelas II Tanjunguban, Bintan, Kamis (4/12/2014). Selain Batam tujuan wisata seks anak di wilayah Sumatera seperti Medan dan Bandar Lampung. Kebanyakan para penggunanya berasal dari wisatawan Singapura, Malaysia dan Thailand.

 

Menurut dia modus para pelaku penyedia jasa seks anak ini dengan memalsukan data otentik si anak. Jaringan mereka sudah rapih dengan bekerjasama dengan beberapa pihak di pemerintahan.

 

Wisata seks anak atau biasa dikenal Child Sex Tourism (CST) ini memang masih belum seintent seks panti pijat atau jasa seks panggilan ke hotel yang berasal dari kawasan industri. Tapi seks anak di Kepri sudah berjalan meski masih terselubung.

 

"Para pelaku biasanya memanfaatkan fasilitas media sosial seperti facebook untuk menjaring korbannya," kata Suryana.

 

Eksploitasi seks anak ini biasanya banyak dilakukan oleh para pengunjung dari daearh lain seperti misalnya dari kalangan pejabat dan pebisnis yang melakukan kunjungan kerja. "Mereka ini biasa yang memesan ABG untuk ditiduri," katanya.

 

Parahnya lagi wisata seks dianggap sebagai industri paling menguntungkan dan relatif aman, bila dibandingkan dengan kejahatan lainnya, seperti narkoba dan obat-obat terlarang lainnya. Korban selalu diekploitasi dan tidak jarang korban selalu disiksa serta diperlakukan tidak manusiawi hingga berulangkali.

 

"Mereka tidak cuma dipekerjakan di wilayah Batam dan Kepri lainnya, tetapi ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura dengan menggunakan paspor beridentitas palsu," ungkapnya.

 

Banyaknya anak gadis di bawah umur yang menjadi budak seks tersebut akibat faktor kemiskinan. Terlebih anak gadis saat ini cukup tergiur akan silaunya dunia seperti ingin punya handphone baru, baju baru, tas baru tetapi hal itu tidak dapat dipenuhi orang tuanya lantaran kemiskinan.

 

"Diperparah situasi sekarang ini sulitnya mendapat pekerjaan di tanah air. Suka tidak suka negara harus bisa mengeliminir kelompok rentan menjadi korban tersebut. Peran aktif pemerintah daerah juga lebih ditingkatkan, jangan sampai remaja kita terus terjerumus ke lembah hitam ini," pintanya. (andre)