EKONOMI

NASIONAL

POLITIK

AMOK Siap Hadapi MEA 2015

 

BATAM – Pemerintah Kota Batam menyambut baik kehadiran organisasi Asosiasi Media Online Kepri (AMOK) di tengah pesatnya perkembangan media online di tanah air khususnya Kota Batam.

 

 

Dalam audiensi AMOK dengan Kabag Humas Pemko Batam, Ardi Winata, Senin (29/12), pengurus AMOK memaparkan visi dan misi organisasi. dimana cikal bakal lahirnya AMOK sebenarnya sudah bergema sejak dua tahun lalu tepatnya 19 September 2012 di Mirota Cafe Batam Center.

 

 

Saat itu empat tokoh AMOK yakni Ahmad Taher (kepriupdate.com), Rudiarjo (swarakepri.com), Tito Swarno, Zaki menggagas usulan dibentuknya Aliansi Media Online (AMO) Batam. Namun lantaran kesibukan masing-masing, organisasi ini urung dibentuk.

 

 

Tepat pada 20 Oktober 2014, akhirnya 13 pemilik media online di Kepri sepakat meneruskan cita-cita dasar tokoh pendiri itu dengan membentuk AMOK yang kini telah tercatat di notaris dan disahkan di Pengadilan Negeri Batam.

 

 

AMOK Kepri dibentuk atas semangat kebersamaan dan maju bersama-sama. Selain itu AMOK prihatin atas matinya independensi wartawan di Kota Batam yang kalah oleh kekuatan pemilik media dan oknum-oknum petinggi media yang ada saat ini. Padahal selama ini cukup banyak persoalan di Batam dan Kepri utamanya menyangkut kebijakan pembangunan yang dirasa kurang berpihak pada masyarakat.

 

 

Ketua AMOK Kepri Rudiarjo Pangaribuan menjelaskan, AMOK akan membawa media online menjadi sebuah organisasi media yang lebih bermartabat dan besar. Salah satunya dengan berhimpun menjadi satu kekuatan independen.

 

 

"Kehadiran AMOK akan menjadi jembatan bagi masyarakat yang salama ini terhambat dalam menyalurkan aspirasinya. Kami juga akan menjadi kontrol sosial yang independen," katanya.

 

 

Sekretaris AMOK Kepri, Ahmad Taher menambahkan, bahwa AMOK didirikan untuk menghadapi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015.

 

 

"Di tengah gempuran yang tinggal di depan mata itu, maka kami bentuklah AMOK. Bukan tidak mungkin tenaga kerja asing akan masuk ke bisnis media online," ujar Taher.

 

 

Dia juga meluruskan bahwa AMOK bukanlah organisasi kewartawanan seperti misalnya PWI, AJI atau pun IJTI. "AMOK adalah wadah berhimpun para pengusaha media online. Jadi setiap wartawan yang bekerja di perusahaan anggota AMOK, nantinya bebas mau milih organisasi wartawan, apakah PWI atau AJI," jelas Taher.

 

 

Ardi Winata mengakui saat ini media online telah menjadi primadona bagi masyarakat dalam memperoleh berita terecepat. Bahkan tidak dipungkiri media-media cetak menjadikan media online sebagai sumber acuan beritanya. "Banyak kok media cetak besar di Batam yang ngambil berita dari bla bla dot com," kata Ardi.

 

 

"Saya pikir dengan hadirnya AMOK di Batam dan Kepri bisa menjadi contoh nyata kemajuan media online itu sendiri. Apalagi Batam yang daerahnya sangat terbuka untuk hal apapun termasuk kehadiran media online ini," tambahnya.

 

 

Dia menambahkan membuat media online sangat gampang, akan tetapi sulit untuk memantaince terutama penyediaan sumber daya manusia seperti reporter, redaktur, uploader dan banyak lainnya "Jadi saya harap teman-teman di AMOK bisa memenuhi itu," pintanya.

 

 

Menanggapi permintaan itu, Taher mengatakan, bahwa hal tersebut telah menjadi pemikiran serius pengurus AMOK jauh-jauh hari.

 

 

"Ibarat bayi kami ini baru belajar merangkak. Solusi kami dalam mengatasi keterbasan SDM ialah dengan membuat bank berita. Jadi 13 anggota yang ada ini akan mensuplai berita, tentunya dengan mekanisme internal AMOK," pungkas Taher. (redaksi)